Ajaran Rasulullah untuk penawar sakit hati adalah :
1. Muhasabah Diri
Sebelum kita menyalahkan orang lain, seharusnyalah kita melihat diri
kita sendiri. Mungkin kita sakit hati oleh kata – kata saudara kita,
padahal dia tak bermaksud menyakiti. Coba bertanya pada diri sendiri,
mengapa saudara kita bersikap demikian.
Jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan kepadanya.
Jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan kepadanya.
2. Menjauhkan Diri dari Sifat Iri Hati Dan Dengki
Iri hati dan dengki adalah beberapa ruang yang menjadi pintu bagi syaitan untuk memasuki hati manusia.
Angan – angan yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan tuli.
Bila tidak dilandaskan iman, seorang yang berangan – angan cenderung
akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dicitanya.
3. Menjauhkan Diri dari Sifat Amarah dan Keras Hati.
Bila marah telah timbul dalam hati manusia, kadangkala manusia
bertindak tanpa pertimbangan akal. Jika akal sudah lemah, tinggallah
hawa nafsu. Dan syaitan pun leluasa melancarkan serangannya, lalu
mempermainkan diri manusia.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul
Qashidin menyebutkan bahwa Iblis pernah berkata, “Jika manusia keras
hati, maka kami akan membaliknya sebagai anak kecil yang bermain bola.”
4. Memupuk Sifat Pemaaf.
“Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf,
serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” Surah Al-A’raf : 199.
5. Husnuzon (Berprasangka Baik).
Allah berfirman:
“Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka.
Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian
mengejek sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat : 12).
6. Ikhlaskan Diri.
Ikhlas adalah kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi cukup berat
untuk dilakukan. Orang yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya
kepada Allah. Dia tidak memiliki jiwa yang bersifat duniawi.
0 komentar:
Post a Comment